Rabu, 17 Desember 2008

KURANG VITAMIN A (KVA)

Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Sedang yang dimaksudkan dengan zat gizi adalah zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sampai saat ini dikenal berbagai macam zat gizi yang digolongkan menjadi dua yaitu zat gizi makro (zat gizi sumber energi seperti karbohidrat, lemak dan protein) serta zat gzizi mikro seperti vitamin dan mineral (Soekirman 2000)

Vitamin A dikenal sebagai vitamin penglihatan karena kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang dikenal dengan buta senja atau xeropthalmia yang dikenal dengan “mata kering” yang dapat berlanjut pada kebutaan. Sejak awal tahun 1980-an diketahui bahwa angka kematian meningkat pada anak balita yang kurang vitamin A, bahkan sebelum ada tanda-tanda xeropthalmia, KVA termasuk kedalam empat masalah gizi utama. Penelitian yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992 menunjukkan dari 20 juta balita di Indonesia yang berumur enam bulan hingga lima tahun, setengahnya menderita kurang vitamin A. Sedangkan data WHO tahun 1995 menyebutkan Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang tingkat pemenuhan terhadap vitamin A tergolong rendah.
Sementara studi yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance System (NSS), Departemen Kesehatan, tahun 2001 menunjukkan sekitar 50 persen anak Indonesia usia 12-23 bulan tidak mengonsumsi vitamin A dengan cukup dari makanan sehari-hari.
Oleh karena itu sangat penting untuk mngetahui masalah kKurang vitamin A (KVA).

Definisi Kurang Vitamin A (KVA)

Kurang Vitamin A (KVA) merupakan penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh dan menghasilkan metaplasi keratinasi pada epitel, saluran nafas, saluran kencing dan saluran cerna (Arisman 2002). Penyakit Kurang Vitamin A (KVA) tersebar luas dan merupakan penyebab gangguan gizi yang sangat penting. Prevalensi KVA terdapat pada anak-anak dibawah usia lima tahun. Sampai akhir tahun 1960-an KVA merupakan penyebab utama kebutaan pada anak.

Mahdalia (2003) menyatakan bahwa tanda-tanda khas pada mata karena kekurangan vitamin A dimulai dari rabun senja (XN) dimana penglihatan penderita akan menurun pada senja hari bahkan tidak dapat melihat di lingkungan yang kurang cahaya. Pada tahap ini penglihatan akan membaik dalam waktu 2-4 hari dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila dibiarkan dapat berkembang menjadi xerosis konjungtiva (X1A). Selaput lendir atau bagian putih bola mata tampak kering, berkeriput, dan berubah warna menjadi kecoklatan dengan permukaan terlihat kasar dan kusam. Xerosis konjungtiva akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang dalam waktu 2 minggu dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila tidak ditangani akan tampak bercak putih seperti busa sabun atau keju yang disebut bercak Bitot (X1B) terutama di daerah celah mata sisi luar. Pada keadaan berat akan tampak kekeringan pada seluruh permukaan konjungtiva atau bagian putih mata, serta konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut-kerut. Bila tidak segera diberi vitamin A, dapat terjadi kebutaan dalam waktu yang sangat cepat. Tetapi dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar dan dengan pengobatan yang benar bercak bitot akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang dalam 2 minggu.

Tahap selanjutnya bila tidak ditangani akan terjadi xerosis kornea (X2) dimana kekeringan akan berlanjut sampai kornea atau bagian hitam mata. Kornea tampak suram dan kering dan permukaannya tampak kasar. Keadaan umum anak biasanya buruk dan mengalami gizi buruk, menderita penyakit campak, ISPA, diare. Pemberian kapsul vitamin A dan pengobatan akan menyebabkan keadaan kornea membaik setelah 2-5 hari dan kelainan mata sembuh setelah 2-3 minggu. Bila tahap ini berlanjut terus dan tidak segera diobati akan terjadi keratomalasia (X3A) atau kornea melunak seperti bubur dan ulserasi kornea (X3B) atau perlukaan. Selain itu keadaan umum penderita sangat buruk. Pada tahap ini kornea dapat pecah. Kebutaan yang terjadi bila sudah mencapai tahap ini tidak bisa disembuhkan. Selanjutnya akan terjadi jaringan parut pada kornea yang disebut xeropthalmia scars (XS) sehingga kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengempis. Berikut ini merupakan klasifikasi xeropthalmia berdasarkan keparahan kelainan mata :

XN : Buta senja (night blindeness)

XIA : Xerosis konjugtiva

XIB : Bercak bitot (bitot spot)

X2 : Xerosis kornea

X3A : Ulkus kornea atau keratomalasia (<1/3>

X3B : Ulkus kornea atau keratomalasia (= atau > 1/3 permukaan kornea)

XS : Bekas luka kornea

XF : Pengerasan dasar bola mata (fundus xeropthalmia)

Penyebab Kurang Vitamin A (KVA)

Arisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena menurunnya cadangan vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar serum vitamin A dibawah garis yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik bagi mata. Vitamin A diperlukan retina mata untuk pembentukan rodopsin dan pemeliharaan diferensiasi jaringan epitel. Gangguan gizi kurang vitamin A dijumpai pada anak-anak yang terkait dengan : kemiskinan, pendidikan rendah, kurangnya asupan makanan sumber vitamin A dan pro vitamin A (karoten), bayi tidak diberi kolostrum dan disapih lebih awal, pemberian makanan artifisial yang kurang vitamin A. Pada anak yang mengalami kekurangan energi dan protein, kekurangan vitamin A terjadi selain karena kurangnya asupan vitamin A itu sendiri juga karena penyimpanan dan transpor vitamin A pada tubuh yang terganggu.

Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun). Sedangkan yang lebih berisiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di posyandu maupun puskesmas, serta anak yang kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A.

Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA)

Menurut Soekirman (2000), cara pencegahan dan penanggulangan KVA dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama pendekatan “melalui makanan” atau food based intervention dan kedua “tidak melalui makanan” atau non food based intervention.

Intervensi KVA berbasis makanan

Penanggulangan vitamin A berbasis makanan adalah upaya peningkatan konsumsi vitamin A dari makanan yang kaya akan vitamin A. Sebaliknya bila bahan makanan yang aslinya tidak mengandung vitamin A bisa diperkaya dengan vitamin A melalui teknologi fortifikasi. Jenis pangan yang mengandung vitamin A antara lain sayuran berwarna hijau, kuning atau merah, buah berwarna kuning atau merah, serta sumber makanan hewani. Bahan makanan yang mengandung vitamin A dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Bahan Makanan

Satuan Internasional (SI)/100gram

Bahan Makanan

Satuan Internasional (SI)/100gram

Bahan Makanan Nabati

Bahan Makanan Hewani

Jagung muda, kuning, biji

117

Ayam

810

Jagung kuning panen baru, biji

440

Hati sapi

43900

Jagung kuning panen lama, biji

510

Ginjal sapi

1150

Ubi rambat, merah

7700

Telur itik

1230

Lamtoro, biji muda

423

Ikan segar

150

Kacang ijo kering

157

Daging sapi kurus

20

Wortel

12000

Buah :

Bayam

6000

Apokat

180

Daun melinjo

10000

Belimbing

170

Daun singkong

11000

Mangga masak pohon

6350

Genjer

3800

Apel

90

Kangkung

63000

Jambu biji

25

Tabel Daftar Bahan Makanan Sumber Vitamin A/Karoten

Ada perbendaan bentuk antara vitamin A yang terkandung dalam bahan makanan hewani dan nabati. Bahan makanan hewani mengandung vitamin A dalam bentuk yang mempunyai aktivitas yang disebut preformed vitamin A. sedangkan dalam bahan makanan nabati mengandung vitamin A dalam bentuk pro-vitamin A atau prekursor vitamin A yang terdiri dari ikatan karoten. Sumber vitamin A preformed yang dipekatkan biasa digunakan sebagai obat suplemen vitamin A.

Halati (2006) menyatakan bahwa angka kecukupan gizi (AKG) anak balita sekitar 350 Retinol Ekuivalen (RE). Angka ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam makanan nabati atau hewani yang dikonsumsi.
Sebagai gambaran, angka 350 RE terdapat pada tiga butir telur atau 250 gr
am bayam. Jadi seorang anak balita memenuhi kecukupan gizi vitamin A jika ia mengonsumsi tiga telur atau 250 gram bayam dalam sehari. Tapi, tentu saja, seorang anak akan bosan jika terus menerus diberi telur dan bayam, apalagi dalam jumlah besar. Terdapat banyak sayuran dan buah yang mengandung vitamin A. Sayuran dan buah yang mengandung AKG dalam jumlah besar, lebih dari 150 RE/100 gr, adalah pepaya, bayam, kangkung, wortel, ubi jalar, mangga, dan sebagainya. Sementara sumber makanan nabati dengan kandungan vitamin A lebih rendah, sekitar 1-60 RE/100 gr, terdapat pada jagung, semangka, tomat, pisang, belimbing, dan sejenisnya. Untuk sumber makanan hewani, kandungan vitamin A dalam jumlah besar terdapat pada telur, daging ayam dan hati. Sedangkan ikan, susu segar, dan udang memiliki kandungan vitamin A tergolong kecil. Untuk lebih mudah mengingat jenis makanan apa saja yang mengandung vitamin A. Jenis lainnya adalah makanan yang sudah difortifikasi atau ditambah zat gizinya seperti jenis mie instan, biskuit, mentega dan susu instan.

Intervensi KVA berbasis bukan makanan

Mencegah dan menanggulangi KVA dengan basis bukan makanan atau non food based intervention dilakukan dengan program suplementasi yaitu pemberian tambahan (suplemen) vitamin A kepada anak atau ibu dalam bentuk pil atau kapsul. Program ini merupakan program utama dan berhasil menanggulangi KVA di Indonesia dan banyak negara lain. Untuk mencegah terjadinya kekurangan vitamin A di Posyandu atau Puskesmas pada setiap bulan Februari dan Agustus seluruh bayi usia 6-11 bulan, harus mendapat 1 kapsul vitamin A biru dan seluruh anak balita usia 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A warna merah. Sedangkan untuk ibu nifas sampai 30 hari setelah melahirkan mendapat 1 kapsul vitamin A warna merah.

Untuk mengobati anak dengan gejala buta senja (XN) hingga xerosis kornea (X2), dimana penglihatan masih dapat disembuhkan, diberikan kapsul vitamin A pada hari pertama pengobatan sebanyak ½ (50.000 SI) kapsul biru untuk bayi berusia kurang atau sama dengan 5 bulan, 1 kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi berusia 6 sampai 11 bulan atau 1 kapsul merah (200.000 SI) untuk anak 12-59 bulan. Pada hari kedua diberikan 1 kapsul vitamin A sesuai umur dan dua minggu kemudian diberi lagi 1 kapsul vitamin A juga sesuai umur.

Departemen Kesehatan juga terus melakukan program penanggulangan kekurangan vitamin A sejak tahun 1970-an. Menurut catatan Depkes, tahun 1992 bahaya kebutaan akibat kekurangan vitamin A mampu diturunkan secara signifikan. Namun sebanyak 50,2 persen balita masih menderita kekurangan vitamin A sub-klinis yang juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak. Guna menanggulangi hal ini, Depkes melaksanakan program pemberian kapsul vitamin A bagi anak usia 6-59 bulan di Indonesia. Vitamin A dosis tinggi diberikan pada balita dan ibu nifas. Pada balita diberikan dua kali setahun, setiap bulan Februari dan Agustus dengan dosis 100.000 IU untuk anak 6-12 bulan dan 200.000 IU untuk anak 12-59 bulan dan ibu nifas.

Contoh Diet untuk Penderita Kurang Vitamin A (KVA)

Makan pagi :

Nasi

Tumis tempe + wortel

Ikan kembung goreng

Selingan I :

Mangga

Makan siang :

Nasi

Sayur bening wortel + bayam

Semur ayam

Selingan II :

Ubi rebus

Jus apel

Makan Malam :

Nasi

Tumis kangkung

Hati sapi goreng

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Palembang. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Depdiknas.

Halati. 2006. Vitamin A. www.ilmusehat.com. [14 September 2008].

Mahdalia. 2003. Kurang Vitamin A, Bola Mata Anak Mengempis. http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/0801/kes1.html. [14 September 2008]

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direkrorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.